Pada tanggal 21 Juni 2022, anggota OSIS dan MPK pergi bertamasya ke Museum Bahari. Museum Bahari adalah museum yang menyimpan berbagai koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Menurut KBBI bahari sendiri memiliki arti “kelautan”.
Kami berangkat dari SMPN 167 pukul 07:30. Pada pukul 08:16, kami semua sampai ke museum tersebut. Sebelum melihat-lihat isi museum tersebut, kami langsung diarahkan untuk briefing terlebih dahulu. Ada 4 kelompok yang dibagi pada saat itu dan masing masing kelompok memiliki tour guidenya. Pada zaman Belanda gedung ini dijadikan gudang penyimpanan rempah-rempah, bangunan ini mulai dibangun sejak tahun 1718-1774 oleh VOC.
Di dalam Museum Bahari kita dapat melihat bermacam macam kapal bersejarah, pahlawan pahlawan yang ikut mempertahankan rempah rempah di Indonesia, dan penjelajah luar negri yang ikut terlibat dalam perairan laut Indonesia; contohnya Marco Polo, Marco Polo berasal dari Italia, ia melakukan penjelajahan dari Eropa sampai ke Asia khususnya ke India lewat Jalur Sutra. Jalur Sutra sangat amat berpengaruh dalam era peradaban dunia jalur tersebut menghubungkan pedagang dari barat ke timur untuk melakukan aktifitas perdagangan.
Pada tanggal 16 Januari 2018, Museum Bahari mengalami kebakaran besar, akibatnya sebagian kayu kayu asli pembangunan pada masa Belanda hangus terbakar dan sekarang sudah digantikan oleh besi, terdapat sisa sisa bangunan yang terbakar di dalam sebuah ruangan.
Setelah itu kami melihat lihat berbagai jenis kapal asli yang dibuat langsung pada era penjajahan Belanda. Mulai dari perahu yang berasal dari Papua dicat menggunakan tinta cumi-cumi untuk warna hitamnya, dan pewarna alami lainnya yang bernama Perahu Sema, perahu ini dibawa dari Irian Jaya ke Papua untuk memperingati hari 50 tahunnya Indonesia pada tahun 1995. Sketsa Batavia yang dibuat oleh Rian Vandelin pada 1918 dahulu Kota Batavia hanya sampai wilayah Kota Tua, ada sebuah bangunan tinggi yang dijadikan Gereja. Sekarang sudah dijadikan museum wayang dan ada cagar budaya yang disebut dengan Jembatan Kota Intan, karena jembatannya dapat dibuka, ada menara yaitu Menara Syahbandar yang berfungsi untuk imigrasi, atau pengecekan berkas-berkas untuk orang yang ingin memasuki wilayah Batavia. Tinggi menaranya sendiri mencapai 13 meter, diatas menara tersebut kita dapat melihat-lihat pemandangan daerah di sekitar museum.
Setelah kami melihat-lihat seluruh isi Museum Bahari, kami menonton film dan membuat kerajinan bersama-sama, lalu makan siang bersama. Pada pukul 12.40 kami semua kembali ke sekolah, kemudian pulang ke rumah masing-masing.
Penulis: Nursyifa Anaqi & Bunga Aprilya (Anggota OSIS Madyakandra)
Editor: Cheryl Stephanie (Anggota OSIS Madyakandra)